Selasa, 29 September 2015

Keinginan

Baru beberapa hari ini memiliki pikiran random. Melihat teman yang bisa bepergian ke luar negeri menumbuhkan pikiran itu. Kapan ya? Dengan siapa ya? dan lain lain. Ketika pikiran itu datang, selalu terlintas memori tentang Singapura. Negara pertama yang dikunjungi. Teringat tentang sebuah kota ideal, dengan larangan yang sangat banyak dan denda yang bisa dibilang tidak sedikit. Banyaknya larangan dan denda membuat negara itu sampai dijuluki "Fine Country". Meskipun banyak larangan, tapi rasa kangen jalan-jalan di negara itu tetap besar. Negara yang ramah dengan pejalan kaki. Jalan yang teduh. Pengendara kendaraan yang ramah.
Masih tentang Singapura, kali ini tentang Botanical Garden-nya. Benar-benar enak buat berjalan-jalan. Siang hari ataupun sore hari. Tempatnya yang luas, udara yang bersih, dan tanaman-tanaman yang banyak (kalau cuma dikit, bukan kebun raya namanya :p). Masih teringat jelas, banyak orang tua dengan anak-anak mereka. Sekedar berjalan-jalan atau bermain. Ada juga yang datang untuk memberi makan angsa atau ikan di kolam. Oiya, ada kura-kura juga di kolam itu.
Oiya, singapura itu bersih (baru di kota sih, bukan daerah pinggirannya). Bungkus makanan jarang terlihat di pinggir jalan (ya iyalah, buang sampah sembarangan aja dendanya "segitu"). Bahkan bagi perokok, ada tempatnya sendiri.
Itu hanyalah kenangan, meskipun ingin sekali mengulanginya, tapi bukan di Singapura lagi. Malaysia atau Thailand mungkin bisa jadi alternatif. Tapi, masih teringat kata-kata partner perjalanan dulu, mungkin di sini (Singapura) kita bisa bertemu lagi. Aku ke negara "itu", dan kamu ke negara "sana". Ya, itu mimpi kami, melanjutkan belajar di negara lain.
Ngomong-ngomong tentang melanjutkan belajar, teringat kembali ketika seorang teman memberi tahu tentang e-book tentang beasiswa di negara Inggris. Setelah membuka-buka, aku jatuh cinta sama University of Nottingham. Partnerku juga hampir sama, sama-sama ingin lanjut kuliah di Inggris, namun di Perguruan Tinggi yang berbeda. Mungkin inilah mimpi kami, yang entah kapan akan terwujud.
Begitulah memori otak saya memproses sebuah kenangan. Dari satu hal, bisa mengait-kaitkan dengan memori yang lain.
 --------------
Akhirnya, setelah sekian lama tidak menulis. Baru kali ini bisa merealisasikan untuk menulis lagi. Hitung-hitung belajar menulis kembali, sebelum menulis tentangmu.

Kamis, 19 September 2013

Ullen Sentalu, Kaliurang dan Cerita Tentang Mereka

Begitulah judul tulisan kali ini. Siapakah mereka itu? dan apa hubungannya dengan Ullen Sentalu?
Pertanyaan itu muncul ketika pertama kali masuk ke Museum Ullen Sentalu dan dijelaskan oleh guide-nya. Pertama kali masuk, langsung dihadapkan dengan seperangkat gamelan, pemberian langsung dari keraton Mataram Islam, termasuk Keraton Yogyakarta; Kasultanan Yogyakarta dan Paku Alaman, Keraton Surakarta; Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran. Di ruangan ini juga ada sebuah lukisan seorang perempuan yang sedang menari, itulah Gusti Nurul, begitulah penjelasan guide-nya. Ketika mendengar nama itu disebut, seperti sebuah keyword dan otak langsung meresponnya. Banyak gambar-gambar dan cerita-cerita dari beberapa orang, termasuk dari teman-teman Blusukan Solo, yang langsung diputar ulang oleh otak dan hanya ada satu patah kata yang keluar, "cantik". Mungkin itulah kata yang cukup untuk menggambarkan seperti apa sosok Gusti Nurul itu. Pertanyaan di dalam kepala pun bertambah, kenapa ada lukisan Gusti Nurul di Ullen Sentalu? Lanjutkan perjalanan dahulu, pertanyaan ini akan segera terjawab.
Melintasi ruangan berikutnya, hanyalah sebuah lorong, yang berisi foto-foto, termasuk foto silsilah kerajaan Mataram Islam, hingga terpecah menjadi 4 kerajaan kecil; Kasultanan Yogyakarta, Paku Alaman, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegara; serta foto beberapa raja yang pernah memerintah di empat kerajaan tersebut. Namun tidak semua raja-raja di kerajaan ada fotonya. Hanya beberapa dan yang memberikan pengaruh terhadap museum itu. Yang masih ingat, ada Pakubuwono X dan Mangkunegara VII.
Selanjutnya ada ruangan yang cukup terkunci dan sangat terjaga, begitulah kondisi tempat memamerkan batik-batik khas Yogyakarta dan Surakarta. Batik-batik dari jaman dulu sampai sekarang. Sangat terjaga dan inilah salahsatu alasan tidak diperkenankan mengambil gambar (memotret).
skip.. skip.. skip..
Di museum ini, ada satu yang menarik, yaitu ruangan khusus untuk Gusti Nurul. Di dalamnya ada koleksi foto-foto ketika beliau masih anak-anak, ketika menari di Negeri Belanda sampai foto saat ini. Selain foto, ada juga beberapa barang yang identik dengan Gusti Nurul.
*wah, mau ngelanjutin tapi masih bingung, sampe di sini dulu deh, lanjut lagi kalau berkunjung ke Ullen Sentalu lagi.*

Rabu, 19 Juni 2013

Singapura, Hari Terakhir

Ternyata menulis itu butuh deadline juga ya. Enggak kaya' ini, gak ada deadline, gak selesai-selesai tulisannya. Niatnya, awal bulan selesai, kok, sampai sekarang malah baru nulis (:3). Yak, dua kalimat selesai, bisa lanjut lagi ini. Yang penting sudah ada modem baru (aamiin).
*pembukaan yang cukup aneh
--------
Kali ini ditemani sama lagunya "Yellowcard - Southern Air" dan bunyi suara pilek dan batuk (haha..).
     'Cause I have found a gravity
     A voice that pulls me to my knees
     Telling me, "Remember where you're from." 

Hari terakhir ini paling disukai sama calon-calon ibu, wisata belanja. Tujuan wisata kali ini di daerah Orchard Road dan daerah Bugis Street (dekat hostel). Meskipun disukai calon-calon ibu, aku juga tetap bersemangat, karena bisa jalan-jalan (:D). Tapi, sebelum itu, kami sarapan dulu di bawah hostel, menu pagi ini, roti prata + kuah kare + teh tarik (:D), cukup enak dengan kombinasi roti prata dengan kuah kare, mirip sama roti cane dari Aceh, cukup mengenyangkan juga, untuk sementara waktu (haha..).


Setelah cukup kenyang, perjalanan pertama langsung ke Lucky Plaza, di daerah Orchard Road. Di sini ketemu toko, yang jual ibu-ibu, cukup ramah dan bersahabat, beberapa barang sudah terbeli, menurut Mbak Mus dan Imey sih (:P). Setelah dirasa cukup, kami balik ke hostel, istirahat sebentar, dan Bugis Street kami datang (teriakku dalam hati :P). Di sini hanya berkeliling, dan berhenti sebentar di beberapa kios, katanya Mbak Mus sama Imey sih mahal, mending di Lucky Plaza. Dan ternyata Mbak mus mulai kekurangan uang, terpaksa cari-cari bank yang ada di Indonesia dan buka cabang di Singapura. Hasil pencarian menyarankan Bank BNI, dan untungnya tabungannya Mbak Mus juga BNI.
Setelah yakin tempatnya (sepertinya tidak yakin juga), meskipun hanya tahu alamatnya saja, di Robinson Road, kami bertiga nekad ke sana. Pencariannya sendiri membutuhkan waktu 1 jam, dan akhirnya ketemu. Kecil, tersudut, sepi, dan hampir tutup, untungnya masih mau menerima nasabah. Satu masalah terselesaikan. Lanjut belanja lagi....





Cukup puas belanja, kami habiskan hari itu untuk jalan-jalan di daerah sekitar hostel hinggal ke daerah Glam, di Arab Street. Tempat ini ramai kalau malam, di sekitar Masjid Sultan penuh dengan penjual makanan. Dan yang pasti, kami tidak lupa icip-icip martabak Zam-Zam (nama tempat makannya), rekomendasi teman dan harus nyobain. Seporsi besar martabak daging ayam yang dimakan oleh 2 orang yang porsi makannya kecil dan 1 orang yang porsi makannya cukup besar dan hampir tidak habis. rasanya enak, tapi eneg juga, kebanyakan daging ayamnya, enggak seperti di Indonesia, martabaknya banyak tepung dan sayur, sedikit dagingnya (ya iyalah, jenis martabaknya aja beda). Tapi, tetap habis, ada seorang yang porsinya gede dan tugasnya adalah menghabiskan makanan (nunjuk diri sendiri :p).
Perut kenyang, puas makan, akhirnya balik ke hostel dan packing karena paginya mau pulang dan mau cepat-cepat berangkat, biar bisa berkeliling di bandara (pas datang, belum sempat berkeliling sih). Malam terakhir adalah malam curhat, bercerita tentang apapun, teutama hal-hal yang mengganjal di hati. Bagian saya hanya mendengarkan (hehe..).
skip.. skip.. skip..



Pagi harinya, sudah siap dengan bawaan masing-masing (aku tetap dengan sebuah backpack, sedangkan yang lain dengan tas jinjingnya masing-masing) dan kami jalan kaki ke Bugis Station untuk naik MRT ke Changi. Sambil menunggu pesawat, kami berkeliling bandara dan berfoto-foto. Changi itu luas dan boleh foto-foto. Sampai menunggu masuk pesawat pun masih bisa foto-foto.



Akhirnya...
Sampai jumpa Singapura, beberapa tahun lagi aku akan jalan-jalan di tempatmu lagi, dengan persiapan yang jauh lebih matang.

Sesampai di Jogja, kami menuju rumah Imey dulu, lalu berpisah. Aku menuju Stasiun Lempuyangan untuk pulang ke Solo sedangkan Mb Mus kembali ke tempat kos nya. Hari berikutnya aku kembali ke Jakarta untuk melanjutkan aktivitas sebagai mahasiswa.

Rabu, 10 April 2013

Singapura, Hari Kedua

Akhirnya bisa lanjut nulis yang hari kedua juga (:D). Entah nanti nyambung sama yang pertama apa enggak yang penting mau nulis dulu (sedikit memaksa maksudnya) (hehe). Kali ini ditemani secangkir kopi dan "Kimi ga inai natsu"-nya Detective Conan (:D).
"...Azayaka sugiru kimi ga inai natsu  
Ano koe ano shigusa ga hirogatteku 
Kotoba ni nanka dekinakute mo ii,
Koboreta huzashi ni kokoro ga nijinda
Ahh~ mou modorenai toki o chiisaku inotteiru
Ahh~ mou modorenai toki o chiisaku inotteiru..."
 Nah, itulah sepenggal liriknya. Lagu yang cocok untuk mengenang sesuatu (:D). By the way, sepertinya basa basinya cukup deh. Lanjut ke cerita saja, daripada panjang lebar dan makin gak jelas saja (haha).

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Akhirnya sudah hari kedua juga, tak terasa hari pertama terlewati, meskipun cukup melelahkan, tapi menyenangkan juga sih jadi gak terasa capeknya. Tapi masih saja kesulitan baca peta dan menentukan tempat makan (doh). Untuk hari kedua ini sudah direncanakan untuk jalan-jalan ke Singapore Botanic Garden dan ke kawasan Orchard Road, sekalian melihat patung Merlion dan Marina Bay Sands dari kejauhan. Sudah terbayangkan jalan-jalan kali ini pasti lebih menyenangkan dari hari pertama, namun pagi harinya ada insiden kecil, yaitu pas sarapan Mbak Mustika dimarahi sama yang jaga hostel gara-gara pas bakar roti tawar di toaster, roti tawarnya di dobel dan dikasih selai. Karena ketidaktahuan kami, seperti ada bau-bau terbakar gitu dan yang jaga pun marah-marah (huehue). Namun kami tetap nekad untuk jalan-jalan meskipun mood kami sudah tidak jelas lagi (badmood tiba-tiba). Selesai sarapan, kami ambil barang bawaan di kamar dan kami pun siap berpetualang untuk hari ini. Untuk menuju Singapore Botanic Garden (SBG) kami harus naik MRT dari Bugis Station dan turun di Botanic Garden Station dengan 1 kali transit di Buona Vista Station, harga tiketnya sendiri $2.10 dengan standard ticket

suasana ketika menyeberang jalan, banyak temannya :D

Perjalanan hanya butuh sekitar 13 menit saja dan ketika sampai di SBG, hanya bisa melongo, dalam hati bertanya "inikah yang namanya SBG, garden, taman kota, kok bisa bersih banget?" Bener deh tamannya bersih, luas tapi panas (tanda-tanda mau hujan). Bukan hanya saya saja, Mbak Mus dan Imey juga kaget. 


beginilah ekspresi Mbak Mus ketika masuk ke SBG

Jumat, 05 April 2013

Singapura, Hari Pertama

Akhirnya kesampaian juga kan jalan-jalan, apalagi sudah ada di target, sebelum lulus harus bisa menginjakkan kaki di tempat lain selain Jawa dan Bali. Kali ini bukan di wilayah Indonesia, tapi sedikit ke utara, tepatnya di Negeri Singapura, ya Singapura atau Singapore. Dan tahu apa enggak, ini pertama kalinya aku naik pesawat juga lho (serius..). Jadi pengalaman ini langsung jadi hal yang pertama, pertama kali ke luar negeri, pertama kali naik pesawat, pertama kali jalan-jalan sambil numpang di tempat teman, dan pengalaman pertama itu selalu tergambar jelas di otak (senyum lebar, sambil mengingat-ingat).
Tanggal itu masih teringat jelas, 4 September, jam 05.30 kami bertiga, Aku, Mustika, dan Imey, sudah berada di Bandara Internasional Adi Sucipto di Yogyakarta. Semua perbekalan sudah dicek dan lengkap, meskipun sudah siap semua, tapi tetap saja ada rasa khawatir ketika sampai di sana (Singapura .red). Dan tentu saja, ini adalah penerbangan kami pertama ke luar negeri, apalagi aku, ini adalah penerbangan pertamaku. Setelah melakukan check-in di loket AirAsia, kami mengantri untuk membayar pajak bandara, untuk penerbangan internasional, pajaknya adalah Rp. 100.000,00 untuk tiap orang. Waktu itu antriannya sangat panjang, karena loketnya hanya ada satu dan yang banyak yang bepergian. Setelah membayar pajak bandara, kami pun menuju bagian imigrasi. Di tempat ini kami antri lagi, karena paspornya diperiksa satu-satu, setelah menurut petugas imigrasi cocok, kami bisa lanjut menuju pemeriksaan barang bawaan. Nah, pas di sini, tas ku di tahan dan roti serta minuman yang ada di dalamnya disuruh dihabiskan. Mumpung belum sarapan, akhirnya aku habiskan saja, sambil duduk di dekat pemeriksaan barang (senyum lebar lagi). Setelah selesai, aku langsung menyusul kedua temanku yang sudah berada di ruang tunggu pesawat. Ruangannya kecil, cukup dingin, tapi ketika banyak orang jadinya ya panas (huhu..). Di sini kami menunggu selama satu jam, banyak ngobrolnya, tapi namanya cowok, enggak ngerti bahasan cewek apalagi kedua temanku itu sama-sama dari kampus dan jurusan yang sama, jadi deh semakin enggak ngerti obrolan cewek (duduk di pojokan sambil nyari undur-undur).
Akhirnya pesawat kami pun tiba, tiba-tiba jadi semangat lagi (habis roaming sama obrolan dua orang cewek). Satu persatu antri naik pesawat. Setelah masuk, aku ngecek kursi, eh duduk di sebelahnya Mustika (yay). Pesawat pun mulai tinggal landas, dan kami berdua hanya ngobrol secukupnya, sisanya banyak-banyak berdoa (maklum, pengalaman pertama, yang ada cuma rasa was-was >.<). Ketika di udara, tiap penumpang diberi formulir, untuk menandakan kedatangan ke Negeri Singapura, ada dua bagian. Bagian pertama nanti diserahkan ke petugas imigrasi Singapura dan bagian kedua disimpan untuk nanti diserahkan  kembali ke petugas imigrasi Singapura sebelum pulang ke Indonesia.
Begitu mendarat di Bandara Changi, kami menuju ke bagian imigrasi untuk melakukan pengecekan. Setelah lolos, kami berkeliling, ya berkeliling, hanya mengandalakan peta gedung dan berharap dapat peta Singapura secara gratis (saran dari beberapa orang) :D. Peta sudah ditangan, dan semua yang diperlukan dari Bandara Changi sudah dibawa, sekarang lanjut menuju terminal MRT. Pas ngeliat peta, bingung, stasiunnya dimana, terus ke sananya gimana, setelah puter-puter ketemu juga transit train, yang menghubungkan antar bagian dari Bandara Changi ini. Habis naik transit train kami langsung menuju ke stasiun MRT, sampai turun sekitar 3 lantai (ya iyalah, MRT nya di bawah tanah :3).

salah satu sudut Changi Airport

Ketika sampai di stasiun, bingung lagi, cara beli tiketnya gimana ya, setelah tanya-tanya, akhirnya ketemu loketnya, dan ternyata gampang, tinggal pilih tujuannya nanti ada tarifnya, semakin jauh semakin mahal dengan penambahan 1SGD yang nanti bisa diretur. Tujuan kami langsung menuju ke Bugis, ketika itu habis 2SGD an.


*gambar tiket MRT sekali pakai*

Rabu, 06 Maret 2013

Curug Bayat

Sesuai judul, itulah perjalanan hari ini, 27 Februari 2013. Atas ajakan dari seorang teman untuk main bareng. Mumpung masih jadi Pengacara (pengangguran banyak acara -red) jadi ya aku iyakan saja. Awalnya kaget, di sms awal, kumpul jam 07.00 lalu masuk sms kedua, kumpulnya jadi jam 06.00 di rumah Erma. Akhirnya direla-relain tidur cepet, berharap bisa bangun lebih awal, dan sukses.
Setelah melakukan persiapan sebentar, dan jam sudah menunjukkan jam 06.00, akhirnya langsung berangkat ke tempat ngumpul, rumahnya Erma. Awalnya agak membingungkan juga, karena belum pernah ke sana, akhirnya, ada sms masuk, dari Nurjanah, memberi tahu tentang cara ke rumahnya Erma. Setelah diikuti, akhirnya bisa ketemu juga rumahnya, di sana sudah ada Nurjanah, Gandha, Ichal dan Erma sendiri, tinggal menunggu 1 orang teman lagi, Deka namanya.
Setelah Deka datang, kami berenam langsung berangkat menuju lokasi, yaitu Curug Bayat, yang terletak di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Tepatnya bukan di Kabupaten Klaten, karena untuk ke curugnya, kita harus melewati gapura perbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya dengan Kabupaten Gunung Kidul.
Setelah perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Awalnya kaget, kok sepi banget, apa salah tempat ya. Kamipun nekad, dan ternyata benar, sangat sepi karena pas di pagi hari dan hari itu bukan hari libur.

jalan ke sungainya masih alami dan masih hijau


Ketika sampai di bawah aku tambah semangat, kali ini ingin mempraktekkan teknik slowspeed. kan pas sekali, mumpung ke air terjun, mumpung bisa mempraktikkan teknik itu (senyum lebar). Sayangnya aku kalah cepat sama Ichal, dia langsung turun dan mempraktikkan teknik itu (huhu..). Tapi gak apa-apa, yang penting ada teman untuk belajar bareng (senyum lebar lagi). Setelah beberapa kali jepret, hasil di LCD-nya kelihatan lumayan, tapi begitu dilihat di LED PC, banyak yang blur. Setelah diingat-ingat, baru sadar, tanganku masih belum stabil menjaga kamera diam selama 1/10-1/2 detik (huhu..). tapi ada beberapa yang cukup memuaskan.

lanjutan dari sungainya

salah satu sudut yang lain

bisa untuk foto bareng-bareng

Eh iya, review air terjun ini dulu deh. Pertama-tama, tempatnya memang terpencil, jalan ke tempat parkirnya rusak dan menanjak menakutkan. Tetapi, ada tempat parkirnya, kecil tapi teduh. Kemudian, karena tempatnya terpencil dan cukup tertutup, tempat ini banyak dikunjungi pasangan muda-mudi. Apalagi ketika kami berenam datang, hanya ada penjual makanan dan sepasang muda-mudi yang mungkin lagi jalan-jalan atau lagi bolos sekolah. Soalnya, ketika kami di sana, masih sekitar jam 8.30 sampai jam 10.00, jadi itu waktunya pelajar masih berada di sekolah. (lanjut review ah, daripada mengomentari anak muda) Katanya, tempat ini milik orang pribadi, dan katanya lagi, ketika mau masuk, ada pungutan retribusi. Tetapi, ketika datang, tidak ada orang, tidak ada yang jaga, tidak ditarik uang masuk juga. Kalau saja lahan ini dikelola oleh pemerintah daerah, mungkin bisa dijadikan sumber pemasukan daerah dan mungkin akan lebih bersih dan tertata lagi, dan juga lebih bersih, tidak ada sampah yang ikut terbawa arus sungai.